Senin, 17 Desember 2018

mancing saat gelombang tinngi

https://youtu.be/kTPkZThykgc

Sabtu, 26 Mei 2018

KLIK DISINI SAJA

Rabu, 21 Maret 2018

cerita islami

Nasihat Nayifah Uwaimir Kepada Putranya



by ; tmt.m



Agar engkau menjadi seorang raja yang berwibawa di hadapan manusia, Janganlah berbicara dalam berbagai urusan kecuali setelah mengecek kebenaran sumbernya .. Dan jika seseorang datang membawa berita, cari bukti kebenarannya sebelum dengan berani engkau berbicara .. Hati-hati dengan isu.. jangan percayai setiap yang dikatakan, jangan pula percaya sesuatu yang setengah engkau lihat ..
Dan jika engkau mendapatkan cobaan berupa seorang musuh .. hadapi dengan berbuat baik kepadanya .. tolak dengan cara yang lebih baik, niscaya permusuhan itu berubah menjadi cinta kasih. Jika engkau hendak mengungkap kejujuran orang, ajaklah ia pergi bersama .. dalam bepergian itu jati diri manusia terungkap .. penampilan lahiriahnya akan luntur dan jatidirinya akan tersingkap! Dan “bepergian itu disebut safar karena berfungsi mengungkap yang tertutup, mengungkap akhlaq dan tabiat”.
Jika engkau diserang banyak orang sementara engkau berada di atas kebenaran .. atau jika engkau diserang dengan kritikan-kritikan buruk .. bergembiralah .. sebab mereka sebenarnya sedang berkata: “engkau orang yang sukses dan berpengaruh”, sebab, anjing yang mati tidak akan ditendang, dan tidak dilempar kecuali pohon yang berbuah.. Wahai puteraku .. Jika engkau hendak mengkritik, biasakan untuk melihat dengan mata tawon lebah .. dan jangan memandang orang lain dengan mata lalat, sebab engkau akan terjatuh kepada perkara yang busuk!
Tidurlah lebih awal wahai puteraku agar bisa bangun lebih awal .. sebab keberkahan ada di pagi hari, dan saya khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan rizki Allah yang Maha Penyayang disebabkan engkau begadang di malam hari, sehingga tidak bisa bangun pagi! Akan aku ceritakan kepadaku kisah seekor kambing dan serigala, supaya engkau aman dari orang yang berbuat makar .. Dan saat seseorang memberikan tsiqah-nya kepadamu, jangan sampai engkau mengkhianatinya!
Akan aku ajak engkau ke sarang singa .. akan aku ajarkan bahwa singa itu tidak menjadi raja hutan dikarenakan aumannya!! Akan tetapi, karena ia berjiwa tinggi! Tidak mau memakan hasil buruan binatang lain, betapapun ia lapar .. dan perutnya melilit-lilit .. jangan mencuri jerih payah orang lain .. sebab engkau menjadi keji!
Akan aku ajak engkau menemui bunglon .. agar engkau menyaksikan sendiri tipu dayanya! Bunglon merubah warna dirinya sesuai dengan tempat ia berada .. agar engkau mengetahui bahwa yang seperti bunglon itu banyak .. dan berulang-ulang!
Dan bahwasanya ada orang-orang munafik .. banyak pula manusia yang berganti-ganti pakaian .. dan berlindung dibalik alasan “ingin berbuat baik”. Wahai puteraku .. Biasakan engkau bersyukur .. kepada Allah! Cukuplah menjadi alasan untuk bersyukur kepada-Nya bahwa engkau dapat berjalan, mendengar dan melihat! Bersyukurlah kepada Allah, dan syukuri pula manusia .. sebab Allah SWT akan menambah orang-orang yang bersyukur. Dan manusia senang saat mendapati seseorang yang diberi sesuatu lalu orang itu menghargainya!
Wahai puteraku .. ketahuilah bahwa sifat utama yang paling agung dalam kehidupan ini adalah sifat jujur! Dan bahwasanya kebohongan, meskipun tampak memberi keselamatan .. namun jujur lebih berakhlaq bagimu! Dan bagi orang sepertimu!
Wahai puteraku … Persiapkan alternatif untuk segala urusan .. agar engkau tidak membuka jalan kehinaan! Manfaatkan segala peluang .. sebab peluang yang datang sekarang .. bisa jadi tidak akan berulang!! Jangan berkeluh kesah .. aku harap engkau optimis .. siap menghadapi kehidupan .. Jauhilah orang-orang yang putus asa dan pesimis, lari dari mereka! Dan jangan sampai engkau duduk dengan seseorang yang selalu memandang sial kepada segala hal!! Jangan bergembira saat melihat orang lain terkena musibah .. jangan pula menghina orang karena postur atau penampilannya .. Sebab dia tidak menciptakan dirinya .. dan saat engkau menghina orang lain, pada hakekatnya engkau menghina ciptaan dari Dzat yang Maha Mencipta dan Membuat bentuk rupa..
Jangan membuka aib orang, sebab Allah akan membuka aibmu di rumahmu .. sebab Allah-lah Dzat yang menutupi .. dan mencintai orang yang menutupi! Jangan menzhalimi siapa pun .. dan jika engkau hendak menzhalimi dan engkau merasa mampu menzhalimi, ingatlah bahwa Allah SWT lebih mampu!
Jika engkau merasa hatimu mengeras, usaplah kepala anak yatim .. engkau akan terheran-heran .. bagaimana usapan itu dapat menghilangkan rasa keras hati dari hatimu, seakan hatimu menjadi pecah dan melunak! Jangan mendebat .. dalam perdebatan .. kedua pihak merugi. Kalau kita yang kalah, kita merugi telah kehilangan kebesaran kita, dan jika menang, kita juga merugi, telah kehilangan orang lain yang menjadi lawan debat kita .. semua kita kalah .. baik yang merasa menang .. dan yang merasa belum menang! Jangan monopoli pendapat .. yang bagus adalah engkau mempengaruhi dan dipengaruhi! Hanya saja, jangan larut dalam pendapat banyak orang .. dan jika engkau merasa bahwa pendapatmu benar .. tegarlah dan jangan terpengaruh!
Wahai puteraku .. Engkau dapat merubah keyakinan orang .. dan menguasai hati mereka tanpa engkau sadari! Bukan dengan sihir, bukan pula dengan jampi .. namun, dengan senyumanmu .. dan kosa katamu yang lembut .. dengan keduanya, engkau dapat menyihir!! Oleh karena itu, tersenyumlah .. maha suci Allah yang telah menjadikan senyuman sebagai ibadah dalam agama kita, dan kita mendapatkan pahala darinya!! Di Cina .. jika engkau tidak murah senyum, mereka tidak akan berikan lisensi kepadamu untuk membuka kedai .. Jika engkau tidak menemukan orang yang tersenyum kepadamu, tersenyumlah engkau kepadanya! Jika bibirmu terbuka karena senyuman .. dengan cepat .. terbuka pula hati untuk mengekspresikan isinya.. Jika orang meragukanmu, bela dirimu .. jelaskan .. dan beri keterangan pembenarannya! Jangan suka nimbrung dan mengenduskan hidungmu dalam segala urusan .. jangan pula ikut-ikutan, berposisi bersama banyak orang saat mereka bersikap!!
Wahai puteraku .. jauhkan dirimu dari hal ini .. aku sangat tidak suka kalau melihatmu seperti ini!! Jangan bersedih wahai puteraku terhadap apa yang terjadi dalam kehidupan! Sebab kita tidak diciptakan kecuali untuk diuji dan diberi cobaan .. sehingga Allah melihat kita .. adakah kita bersabar? Karena itu .. santai saja .. jangan keruh hati!
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu´. (Al-Baqarah : 45)
Yakinlah bahwa jalan keluar dekat .. “Jika mendung semakin hitam, pertanda, sebentar lagi hujan”!! Jangan meratapi masa lalu, cukuplah bahwa ia telah berlalu .. sia-sia kalau kita memegang gergaji kayu, lalu menggergaji!! Tataplah hari esok .. persiapkan diri .. dan singsingkan lengan baju untuk menghadapinya!! Jadilah orang yang mulia .. berbanggalah dengan dirimu! Sebagaimana engkau melihat dirimu, begitulah orang lain akan melihatmu ..
Jangan sekali-kali meremehkan dirimu!! Sebab engkau menjadi besar saat engkau ingin besar .. hanya engkau saja yang memutuskan ia menjadi kecil.

Di dalam hadits juga dijelaskan : “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda dari Allah Azzawajalla, “Saya berada pada persangkaan hamba-Ku, maka berprasangkalah dengan-Ku sekehendaknya.”( HR Ahmad)

cerita islami

Kisah Seorang Petapa Muda dan Seekor Kepiting 

by ; tmt.m



Mengasihi Sesuatu dengan Bijaksana
Suatu ketika di sore hari yang sejuk, nampak seorang anak muda sedang bertadabur dibawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian anak muda itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan. Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Anak muda itu segera melihat ke arah tepi sungai, sumber suara tadi berasal. Ternyata, disana nampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras. Melihat hal itu, anak muda merasa kasihan. Ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya.
Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si anak muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati anak muda itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting. Kemudian, dia pun melanjutkan kembali tadaburnya.
Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si anak muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya. Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, anak muda itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.
Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si anak muda, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting, engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?” “Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa mahluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting,” jawab si anak muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.
Allah SWT berfirman :“Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS.Al-Baqarah: 195)
Mendengar jawaban si anak muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. “Lihat, Anak muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong mahluk lain, tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, bukan?” Seketika itu, si pemuda tersadar. “Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang paman ajarkan.
” Mempunyai sifat belas kasih, mau memperhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orang tua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, seringkali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.
Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.
Ingat firman Allah “Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)
Semoga cerita ini bisa membawa hikmah, manfaat, motivasi ataupun menginspirasi bagi semua pembaca

CERITA ISLAMI

Hidup Terasa Indah dengan Bersyukur 


BY tmt.m



Pernahkah suatu ketika Anda memberi uang atau barang kepada seseorang dan si penerima tersebut mengucapkan terima kasih kepada Anda? Disaat Anda mendengar ucapan terima kasih yang tulus dari orang tersebut, pasti Anda merasa ingin memberi lebih lagi kepada orang tersebut suatu saat nanti. Begitu juga Sang pencipta yang telah memberikan kehidupan dan segala isinya di dunia ini kepada semua mahluk ciptaan-Nya. Allah akan selalu memberikan kelebihan dan tambahan bagi siapapun yang bisa bersyukur atas apa yang telah dilimpahkan, baik itu nikmat rezeki, iman, dan segalanya. Allah pasti lebih mulia dan lebih tulus untuk melakukan hal itu.
Jika Anda saat ini sedang bekerja dan merasa masih perlu untuk mencari tempat kerja yang baru lagi, yang dirasa menurut Anda lebih baik. Coba Anda ingat-ingat lagi saat-saat ketika anda belum bekerja dulu. Bandingkan dengan saat Anda sudah mendapatkan pekerjaan saat ini. Dan cobalah untuk bersyukur kepada Allah, bahwa karena hanya Dia yang sepenuhnya telah membantu anda untuk mendapatkan pekerjaan. Usaha dan kerja keras itu penting tapi bersyukur itu jangan sampai dilupakan. Karena Allah akan murka seandainya kita tidak dapat berterima kasih atas karunia-Nya dan pertolongan-Nya.
Jangan pernah mengeluh tentang cuaca. "Aduh panas banget hari ini bikin haus...!", "Yah, hujan lagi-hujan lagi, kapan cucian kering nih...", atau yang lainnya seperti "Macet terus bikin stress!". Hujan, panas, itu sudah diatur oleh yang Maha Kuasa. Dan Allah juga tidak akan menurunkan hujan atau memberi panas terus-menerus. Semua itu ada maksudnya yang terkadang kita masih saja sulit untuk menerima hal tersebut. Ditengah kondisi kehidupan sosial yang berubah-ubah, Anda tidak perlu panik, frustrasi apalagi stres. Jika kita memang dihadapkan pada masalah-masalah seperti itu ya sudah jalani saja dan syukuri, karena dengan adanya masalah yang demikian akan membuat diri kita belajar untuk menjadi manusia yang semakin ulet dan siap untuk menghadapi segala cobaan.
Ingat firman Allah SWT :
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”(QS. Al Baqarah: 216)
Dan jika pada suatu ketika Anda berada diposisi kurang beruntung, apalagi yang bisa kita lakukan kecuali bersyukur dengan keadaan demikian. Toh, Allah tidak akan membiarkan makhluk-makhluknya yang telah berikhtiar dengan jujur. Allah selalu mempunyai rencana-rencana yang baik untuk kita sebagai salah satu dari makhluk-makhluk ciptaan-Nya, selama kita meminta dan selalu bersyukur kepada-Nya.
“Dan Dia Memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS.at-Thalaq:3)
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS Al Baqarah : 152)

Sabtu, 17 Februari 2018

cerita islami

Musafir yang Tetap Bahagia Mendapat Musibah 

by : tmt.m


Thursday, February 15, 2018 2:36 PM
Seorang pria muda baru pulang berbelanja dari sebuah minimarket. Biasanya usai belanja keceriaannya terpancar berlipat-lipat. Namun, kali ini selain kesenduan, sumpah serapah juga mengalir dari mulutnya. Dia baru saja kehilangan helm barunya. “Aku sengaja beli helm mahal supaya tahan lama.
Tapi malah digondol maling keparat itu!” omelnya. Semalaman dia mengomel terus dengan muka marah padam. Para pegawai minimarket hanya mengerut ketakutan saat dikomplain soal kehilangan tersebut. Dia betul-betul kecewa dan marah besar atas kejadian tersebut. “Kalau maling itu kutemukan, dia pasti kucincang-cincang sampai lumat.” Sesampainya dirumah, istrinya bertanya, “Apa yang kaurasakan saat ini?” Suaminya menjelaskan dengan suara tinggi,
“Kepalaku pusing, pandanganku berkunang-kunang, darahku mendidih, selera makanku hilang.” Beruntunglah Pria itu mempunyai Istri yang pandai menghibur dan menggembirakan sang suami. “Bukan hanya helm yang berhasil dicuri maling itu, tapi juga kebahagiaan hidupmu, sayang. Bila kau terus-terusan marah, penyakit darah tinggimu akan kambuh, pikiran jadi kacau hingga tak bisa mencari nafkah dengan baik. Jika kau ikhlas dan lebih berhati-hati dilain waktu, pikiranmu akan tenang sehingga bisa mencari rezeki yang lebih banyak. Insya Allah, rezeki yang diperoleh dengan ketenangan itu melebihi harga helm yang hilang,” terang istrinya. “Aku menabung lama untuk membeli helm mahal itu. Aku belum bisa menerima kenyataan ini, aku tak rela,” ungkap suaminya masih kesal. “Baiklah, maukah kau mendengar kisah tentang orang saleh yang tak mau kehilangan kebahagiaannya? ” tanya istrinya. Suami yang kelelahan akibat kehabisan energi meluapkan amarah itu tak punya pilihan kecuali menyetujui tawaran istrinya.
Si istri pun memulai ceritanya: Suatu hari seorang musafir mengalami kejadian buruk ditempat baik. Sengaja dia datang ke masjid guna menunaikan ibadah beribadah kepada Allah. Tak ada perbuatan buruk yang dilakukannya ditempat suci itu. Bahkan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT hanyalah yang berkaitan dengan kebaikan. Seusai shalat, musafir itu keluar dari masjid. Ternyata sandal satu-satunya hilang dari tempat semula. Semua orang di sana telah ditanyai, tapi tak seorang pun yang mengetahui ke mana raibnya. Masjid itu dia kelilingi. Setiap inci diperhatikan, siapa tahu sandal itu terselip atau terlempar jauh. Namun, segala upaya tak menghasilkan apa-apa, sandalnya raib digondol entah siapa. Bagaimana dia akan melanjutkan perjalanan jauh tanpa alas kaki? Sementara itu, dia tak punya cukup uang untuk membeli sandal baru. Di zaman itu sandal adalah barang yang sangat mewah, hanya segelintir orang yang sanggup memilikinya. Musafir malang itu menangis tersedu-sedu dipelataran masjid. Kesedihannya amat mendalam hingga tak malu meneteskan air mata didepan umum. Namun, tidak seorang pun datang menghiburnya, sekadar bertanya penyebab kesedihannya. Dia betul-betul sendirian menghadapi masalahnya.
Tangisannya terhenti saat sesosok istimewa melintas dihadapannya. Orang itu tersenyum sangat indah hingga orang lain merasakan kedamaian. Senyuman itu bahkan menghentikan tangisan orang yang tengah bersedih. Hal yang mengagetkan, ternyata sosok yang menakjubkan itu tidak punya kaki sama sekali alias buntung. Musafir itu bergumam, “Dia yang kehilangan dua kaki saja masih bisa tersenyum bahagia. Dia bahagia dengan takdirnya. Sementara aku yang hanya kehilangan sandal malah berduka cita. Bukan cuma sandal yang hilang tapi juga kebahagiaanku.”
Istri itu menutup ceritanya dengan menyuguhkan segelas air putih. Suaminya berujar, “Ya, harusnya aku bersyukur cuma helm yang hilang, bukan kepalaku.
Ingat firman Alllah SWT.
“Apa yang di sisi kalian pasti akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah pasti kekal.” (An-Nahl: 96)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Al-Kahfi: 46)

SELESAI


Al-Balkhi dan Burung Pincang

by : tmt.m


Friday, February 09, 2018 7:11 AM
Alkisah, hiduplah pada zaman dahulu seorang yang terkenal dengan kesalehannya, bernama al-Balkhi. Ia mempunyai sahabat karib yang bernama Ibrahim bin Adham yang terkenal sangat zuhud. Orang sering memanggil Ibrahim bin Adham dengan panggilan Abu Ishak. Pada suatu hari, al-Balkhi berangkat ke negeri orang untuk berdagang. Sebelum berangkat, tidak ketinggalan ia berpamitan kepada sahabatnya itu. Namun belum lama al-Balkhi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba ia datang lagi. Sahabatnya menjadi heran, mengapa ia pulang begitu cepat dari yang direncanakannya. Padahal negeri yang ditujunya sangat jauh lokasinya. Ibrahim bin Adham yang saat itu berada di masjid langsung bertanya kepada alBalkhi, sahabatnya. "Wahai al-Balkhi sahabatku, mengapa engkau pulang begitu cepat?" "Dalam perjalanan", jawab al-Balkhi, "Aku melihat suatu keanehan, sehingga aku memutuskan untuk segera membatalkan perjalanan".
"Keanehan apa yang kamu maksud?" tanya Ibrahim bin Adham penasaran. "Ketika aku sedang beristirahat di sebuah bangunan yang telah rusak", jawab al-Balkhi menceritakan, "Aku memperhatikan seekor burung yang pincang dan buta. Aku pun kemudian bertanya-tanya dalam hati. "Bagaimana burung ini bisa bertahan hidup, padahal ia berada di tempat yang jauh dari teman-temannya, matanya tidak bisa melihat, berjalan pun ia tak bisa". "Tidak lama kemudian", lanjut al-Balkhi, "Ada seekor burung lain yang dengan susah payah menghampirinya sambil membawa makanan untuknya. Seharian penuh aku terus memperhatikan gerak-gerik burung itu. Ternyata ia tak pernah kekurangan makanan, karena ia berulangkali diberi makanan oleh temannya yang sehat". "Lantas apa hubungannya dengan kepulanganmu?" tanya Ibrahim bin Adham yang belum mengerti maksud kepulangan sahabat karibnya itu dengan segera. "Maka aku pun berkesimpulan", jawab al-Balkhi seraya bergumam, "Bahwa Sang Pemberi Rizki telah memberi rizki yang cukup kepada seekor burung yang pincang lagi buta dan jauh dari teman-temannya. Kalau begitu, Allah Maha Pemberi, tentu akan pula mencukupkan rizkiku sekali pun aku tidak bekerja". Oleh karena itu, aku pun akhirnya memutuskan untuk segera pulang saat itu juga".
Mendengar penuturan sahabatnya itu, Ibrahim bin Adham berkata, "Wahai al-Balkhi sahabatku, mengapa engkau memiliki pemikiran serendah itu? Mengapa engkau rela mensejajarkan derajatmu dengan seekor burung pincang lagi buta itu? Mengapa kamu mengikhlaskan dirimu sendiri untuk hidup dari belas kasihan dan bantuan orang lain? Mengapa kamu tidak berpikiran sehat untuk mencoba perilaku burung yang satunya lagi? Ia bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan hidup sahabatnya yang memang tidak mampu bekerja? Apakah kamu tidak tahu, bahwa tangan di atas itu lebih mulia daripada tangan di bawah?" Al-Balkhi pun langsung menyadari kekhilafannya. Ia baru sadar bahwa dirinya salah dalam mengambil pelajaran dari kedua burung tersebut. Saat itu pulalah ia langsung bangkit dan mohon diri kepada Ibrahim bin Adham seraya berkata, "Wahai Abu Ishak, ternyata engkaulah guru kami yang baik". Lalu berangkatlah ia melanjutkan perjalanan dagangnya yang sempat tertunda.
Dari kisah ini, mengingatkan kita semua pada hadits yang diriwayatkan dari Miqdam bin Ma'dikarib radhiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam pernah bersabda, yang artinya: "Tidak ada sama sekali cara yang lebih baik bagi seseorang untuk makan selain dari memakan hasil karya tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud 'alaihis salam makan dari hasil jerih payahnya sendiri" (HR. Bukhari).
Ingat Firman Allah:“Dan katakanlah; bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu” (Qs.at Taubah: 105)

SELESAI

Kisah Do'a Wanita Penjual Tempe 
by : tmt.m



Thursday, January 25, 2018 3:18 PM
Di sebuah rumah kecil dipinggiran kota besar. Disana hiduplah seorang perempuan tua yang sangat kuat beribadah. Pekerjaan sehari-harinya ialah membuat tempe dan menjualnya di pasar setiap hari. Ini merupakan satu-satunya sumber pendapatannya untuk membiayai hidupnya. Pada suatu pagi, seperti biasa, ketika beliau sedang bersiap-siap untuk pergi menjual tempenya, tiba tiba dia tersadar kalau tempe yang dibuatnya hari itu masih belum jadi, separuh jadi.
Diperiksanya beberapa bungkusan yang lain. Ternyatalah memang kesemuanya belum jadi. Perempuan tua itu merasa amat sedih sebab tempe yang masih belum menjadi pastinya tidak akan laku dan akibatnya tidak akan ada rezekinya pada hari itu. Dalam suasana hatinya yang sedih, dia yang memang kuat beribadah teringat akan firman Allah yang menyatakan bahawa Tuhan dapat melakukan apa saja yang Allah kehendaki, bahwa bagi Allah tiada yang mustahil.
Lalu diapun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, "Ya Allah..., aku memohon kepadaMu agar kacang kedelai ini menjadi tempe. Amin" Begitulah doa ringkas yang dipanjatkan dengan sepenuh hatinya. Dia sangat yakin bahwa Tuhan pasti mengabulkan doanya. Dengan tenang perempuan tua itu menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya dan dia pun membuka sedikit bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang kedelai itu menjadi tempe. Namun, dia termenung seketika sebab kacang kedelai itu masih tetap seperti semula. Namun dia tidak putus asa, sebaliknya berfikir mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Tuhan. Maka dia pun mengangkat kedua tangannya semula dan berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu bahwa tiada yang mustahil bagiMu. Bantulah aku supaya hari ini aku dapat menjual tempe karena inilah mata pencarianku. Aku mohon agar jadikanlah kacang kedelaiku ini menjadi tempe, Amin" Dengan penuh harapan dan debaran dia pun sekali lagi membuka sedikit bungkusan itu.
Apakah yang terjadi? Dia termangu dan kecewa karena tempenya masih tetap sama!! Sementara itu matahari pun semakin meninggi dan sudah tentu pasar sudah mulai didatangi ramai orang. Dia tetap tidak kecewa atas doanya yang belum terkabul. Walau bagaimanapun karena keyakinannya yang sangat tinggi dia putuskan untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya itu. Perempuan tua itu pun berserah pada Tuhan dan meneruskan pergi ke pasar sambil berdoa dengan harapan apabila sampai di pasar kesemua tempenya akan masak. Dia berfikir mungkin keajaiban Tuhan akan terjadi selama perjalanannya ke pasar. Sebelum keluar dari rumah, dia sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa. "Tuhan, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau kurniakanlah keajaiban ini buatku, jadikanlah tempe ini. Amin". Lalu dia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan dia tetap tidak lupa membaca doa di dalam hatinya.
Sesampainya di pasar, segera dia meletakkan barang-barangnya. Hatinya betul-betul yakin dengan tempenya sekarang sudah jadi. Dengan hati yang berdebar-debar dia pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan jarinya setiap bungkusan tempe yang ada. Perlahan-lahan dia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya masih belum jadi!! Dia pun kaget seketika lalu menarik nafas dalam-dalam. Dalam hatinya sudah mulai merasa sedikit kecewa dan putus asa kepada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Dia merasakan Tuhan tidak adil. Allah tidak kasihan padanya, inilah satu-satunya sumber rezekinya, dari hasil jualan tempe. Dia akhirnya cuma duduk saja tanpa memamerkan barang jualannya sebab dia merasa bahwa tidak bakalan ada orang yang akan membeli tempe yang baru separuh menjadi. Sementara itu hari pun semakin sore dan pasar sudah mulai sepi, para pembeli sudah mulai pulang dan berkurang. Dia melihat ke kawan-kawan sesama penjual tempe, tempe mereka sudah hampir habis. Dia tertunduk lesu seperti tidak sanggup menghadapi kenyataan bahwa hari ini tiada hasil jualan yang boleh dibawa pulang. Namun jauh di sudut hatinya masih menaruh harapan terakhir kepada Allah, pasti Allah akan menolongnya.
Walaupun dia tahu bahwa pada hari itu dia tidak akan dapat pendapatan langsung, namun dia tetap berdoa buat kali terakhir, "Tuhan, berikanlah penyelesaian terbaik terhadap tempeku yang belum jadi ini." Tiba-tiba dia dikejutkan dengan teguran seorang wanita. "Maaf ya, saya ingin bertanya, Ibu ada nggak yah yang menjual tempe yang belum jadi? Dari tadi saya sudah keliling pasar ini untuk mencarinya tapi tidak ketemu-ketemu..." Dia termenung dan terheran-heran seketika. Hatinya terkejut sebab sejak berpuluh tahun menjual tempe, tidak pernah seorang pun pelanggannya mencari tempe yang belum jadi. Sebelum dia menjawab sapaan wanita di depannya itu, cepat-cepat dia berdoa di dalam hatinya "Tuhan, saat ini aku tidak mau kacang kedelai ini jadi tempe. Biarlah seperti semula, Amin". Sebelum dia menjawab pertanyaan wanita itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Alangkah leganya dia, ternyata memang benar tempenya masih belum jadi! Dia pun rasa gembira dalam hatinya dan bersyukur pada Tuhan. Wanita itu pun memborong habis kesemua tempenya yang belum jadi itu. Sebelum wanita itu pergi, dia sempat bertanya wanita itu, "Mengapa ibu mau membeli tempe yang belum jadi?" Wanita itu menerangkan bahawa anaknya yang kini berada di kota besar ingin makan tempe dari desa. Karena tempe itu akan dikirimkan ke si anak, si ibu tadi membeli tempe yang belum jadi supaya kalau sampai di kota besar nanti tempenya sudah jadi. Kalau dikirim tempe yang sudah jadi, dikhawatirkan tempe itu sudah tidak bagus lagi dan rasanya pun kurang enak.
Perempuan tua itu pun keheranan dan berfikir rupa-rupanya doanya sudah pun dikabulkan oleh Allah SWT. *****
Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Allah sewaktu berdoa, padahal sebenarnya ALLAH lebih mengetahui apa yang kita perlukan dan apa yang terbaik untuk diri kita. Senantiasalah berdoa dalam menjalani kehidupan sehari-hari sebagai hambaNya yang lemah. Jangan sekali-kali berputus asa terhadap apa yang kita minta. Percayalah bahwa Allah akan mengabulkan doa kita sesuai dengan rancanganNya yang mungkin di luar jangkauan kita. Tiada yang mustahil bagi Allah...
Ingat Firman Allah :“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

SELESAI

Sabtu, 03 Februari 2018

Jumat, 19 Januari 2018

cerita islami

Halal Membawa Berkah, Haram Membawa Musibah

by . tmt.m

Fulanah (46) galau, toko kelontongnya makin sepi barang. Akibatnya pelanggan pun jarang mampir karena kebutuhan yang ingin dibeli tidak tersedia. Ini semua akibat modal Fulanah yang kerap tak cukup untuk membeli barang dagangan. Dananya tergerus untuk menutupi utang pada rentenir dan bank yang berbunga tinggi. Kasus Fulanah banyak dialami masyarakat kita. Bujuk rayu penambahan modal atau kredit menggiurkan—padahal mencekik leher—kadang tak terhindarkan. Pemahaman yang kurang terhadap unsur-unsur keberkahan dalam mencari rezeki, membuat praktik riba seolah menjadi hal yang sepele untuk dihindari. Apalagi jika abai terhadap kewajiban zakat, infak, dan sedekah yang harusnya selalu menghiasi perputaran rezeki yang didapat. Allah akhirnya punya banyak cara untuk mengambil hak fakir miskin dari harta tersebut dan mengurangi keberkahannya.
Cari Berkahnya, Bukan Jumlahnya
Keberkahan sebetulnya bisa dirasakan dalam banyak hal dalam hidup kita. Dalam hal rezeki, kesehatan, rumah tangga, pekerjaan, bahkan pertemanan. Jika ada keberkahan, akan banyak ketenangan dan manfaat yang terasa. Bukan saja dirasakan oleh kita, namun juga oleh orang-orang di sekitar kita. Sebaliknya, sesuatu yang tidak berkah, walau banyak dan serba ada, terasa tidak memuaskan atau malah tidak terasa manfaatnya. Dalam tataran yang lain, ketidakberkahan akan berakibat pada segala hal yang menyusahkan, sempit, cepat musnah, dan selalu kurang.
Dalam kamus bahasa Arab, berkah diartikan sebagai suatu pertumbuhan, pertambahan, kebaikan. Sedangkan dalam konteks Al-Qur’an dan Hadits, berkah bermakna manfaat atau inti dari kebaikan sesuatu. Maka tak heran, keberkahan sesungguhnya adalah segala sesuatu yang dicari oleh setiap orang, karena fitrah manusia mendamba kebaikan yang selalu ada dalam keberkahan. Gudang kebaikan ada dalam keberkahan, dan ia tidak terikat pada penampilan, jumlah, kedudukan, dan ukuran kebendaan lainnya. Yang sedikit, sederhana, jika disyukuri dan bermanfaat, itulah berkah dan menjadi sumber kebahagiaan.
Halal dan Berkah Bagai Saudara Kandung
Menurut Ustadz Amang Syafrudin, Lc, M.Psi, pembina dan pengajar di jurusan syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qudwah, Depok, halal dan berkah adalah sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Halal merupakan bagian dari kepatuhan kepada Allah, sedang keberkahan sangat terkait dengan kehalalan itu sendiri. Yaitu, mengupayakan sesuatu harus halal dan menggunakannya semata untuk kebaikan di jalan Allah.
Inilah yang membedakan mengapa yang “bagus dan banyak” menurut hawa nafsu tidak selalu membawa keberkahan, karena ia belum tentu dari yang halal dan tidak selalu digunakan di jalan Allah. Karenanya, halal ibarat saudara kandungnya berkah. Di mana ada usaha halal, di situlah berkah mudah datang.
Halal sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dibenarkan agama, dan lawannya adalah haram atau dilarang. Semua ini adalah hak prerogatif Allah dalam menentukannya. “Katakanlah: Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal. Katakanlah: Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?” (QS Yunus [10]: 59).
Kita sebagai Muslim harus meyakini bahwa perintah menjaga yang halal dan menjauhi yang haram adalah memiliki kebaikan seratus persen untuk kita, dan ini termasuk dalam memaknai ketaatan. Jangan coba-coba mendekati yang haram karena tak hanya keberkahan yang hilang, berbagai kesulitan pun akan mengiringi sampai ke akhirat.
Terkait dengan makanan, prinsip berkah ditambah dengan aturan thayyib (baik). Makanan tersebut bukan hanya zat dan prosesnya saja yang halal, tapi kandungannya juga harus aman dan baik untuk tubuh kita.
Rahasia Menggapai Berkah
Manusia tak lepas dari khilaf dan alpa, sehingga dalam berikhtiar atau menggunakan sesuatu, tersimpan perilaku yang membuat keberkahan menjauh. Kasus Fulanah di atas harus menjadi refleksi buat kita. Karenanya, kita harus selalu memantaskan diri untuk menjadi hamba Allah yang layak mendapat keberkahan.
Bagaimana caranya? Menurut Amang, sebetulnya cara untuk mendapatkan keberkahan tidak sulit, yaitu dengan sedapat mungkin meningkatkan wawasan, pengetahuan, kesadaran, dan ketakwaan. “Takwa itu sederhana, jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya!” tegasnya. Bukankah Allah berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, (QS Al-A’raf [7]: 96).
Mari senantiasa memohon ampun pada Allah akan segala kekhilafan diri, serta mohonkan agar kehidupan kita selalu didekatkan dengan keberkahan melalui hidayah-Nya yang tak pernah putus. Karena dengan hidayah Allah, hati yang keras akan melunak, pikiran yang buntu menjadi tercerahkan, perbuatan yang buruk akan dicondongkan pada kebaikan.
Tanda-tanda Dihinggapi Berkah
1. Selalu mensyukuri apa yang ada dan tidak mudah tergiur dengan milik orang lain.
  1. Diri, keluarga, dan harta, tak hanya dirasakan sendiri manfaatnya, tapi juga bermanfaat bagi orang lain.
  2. Walau harta tak banyak, rasanya cukup memenuhi kebutuhan. Jika kurang, ada saja jalan keluar untuk memenuhinya.
  3. Jiwa tenang dan semakin dekat pada Allah.
  4. Ringan dalam mengeluarkan zakat, infak, dan sedekah. Tidak pernah merasa khawatir hartanya akan berkurang.
  5. Bertambahnya jumlah, bertambah pula kebaikan yang ada padanya 










cerita islami

Malas Shubuh di Masjid? Anda Akan Malu Baca Kisah Ini




BY : TMT.M




Idealnya laki-laki muslim memang harus berjamaah di masjid, tanpa terkecuali untuk sholat Subuh. Apakah Anda masih susah untuk bangun Shubuh meski sudah dengan jeritan alarm? Sepertinya Anda perlu berkaca pada kisah berikut yang cukup menampar hati.
Ada seorang laki-laki yang selalu hadir tepat waktu di Masjid Nabawi ketika waktu shubuh, bahkan ia selalu berhasil “memesan” tempat di barisan paling depan sebelah kanan. Hingga semua orang tahu bahwa itu adalah tempatnya Sya’ban. Ya, laki-laki yang rajin ke Masjid Nabawi itu bernama Sya’ban.
Pada suatu Shubuh, Baginda Rasulullah SAW tidak menemukan Sya’ban di tempat biasanya. Singkat cerita, Rasulullah diantar oleh para sahabat menuju rumah Sya’ban. Dan fakta menarik apa yang ditemukan Rasulullah SAW?Pertama, rumah Sya’ban dengan Masjid Nabawi berjarak 3 jam perjalanan.
Sya’ban menempuh ke Masjid Nabawi bukan dengan motor apalagi dengan mobil, juga bukan dengan unta dan binatang tunggangan lain. Akan tetapi ia ke masjid dengan jalan kaki di padang pasir!
Anda yang pernah mengalami sendiri, berjalan di atas pasir itu dua kali lipat lebih melelahkan dari pada di tanah biasa. Artinya untuk bisa tepat waktu shubuh berjamaah, minimal Sya’ban harus berangkat dari rumah jam 1 dini hari!
Fakta selanjutnya, mengapa Sya’ban tidak Shubuh berjamaah?Ia tidak sedang sakit atau kelelahan. Ia juga tidak bangun kesiangan akibar begadang semalaman. Akan tetapi ia meninggal dunia. Ya, Sya’ban tidak shalat Shubuh berjamaah hanya karena satu alasan: telah meninggal dunia!Kemudian, istri Sya’ban memberi tahu Rasulullah SAW, ketika suaminya meninggal, ada pesan yang belum ia pahami.
Sya’ban mengatakan, “Mengapa tidak lebih jauh? Mengapa bukan yang lebih baru? Mengapa tidak semuanya?
Rupanya, ketika sakaratul maut, Allah memperlihatkan pahala-pahala kebaikan Sya’ban. Sya’ban “menyesal”, mengapa jarak rumahnya dengan Masjid Nabawi hanya segitu.Ia juga menyesal, suatu ketika ia mendapati orang yang kedinginan di Masjid Nabawi, ia memberikan baju yang lama sedangkan ia memakai dobel baju, yang satu baru dan yang satu lama.
Dan suatu ketika, Sya’ban bertemu dengan seorang yang kelaparan tetapi ia hanya membagi sebagian rotinya sedang yang sebagiannya lagi ia makan.
Ingat : Seorang yang berjalan ke masjid, maka tiap langkah kakinya akan diberikan satu pahala, dihapuskan satu dosa, dan dinaikkan satu derajat oleh Allah SWT. (Ibnu Majah:277,Muslim:1068 dan 1065).
“Kamu tidak akan sampai pada kesempurnaan sampai kamu menginfakkan harta yang kamu cintai.” (QS. Al-Imran : 92)
Hingga sampai di sini, masih malas kah kita bangun Shubuh untuk jamaah ke masjid?